Trump Ancam Berlakukan Lagi Tarif Impor, Dunia Waspadai Perang Dagang Baru

Preside AS Donald Trump menyatakan dirinya dapat memberlakukan kembali tarif resiprokal terhadap sejumlah negara dalam dua hingga tiga pekan ke depan.

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan siap memberlakukan kembali tarif impor resiprokal terhadap sejumlah negara dalam waktu dua hingga tiga minggu ke depan. Langkah ini dinilai berpotensi memicu kembali ketegangan dagang global.

Dalam pernyataannya di Kantor Oval, Trump mengatakan bahwa dirinya masih membuka peluang kesepakatan dagang. Namun, jika kesepakatan tidak tercapai, ia akan menetapkan tarif terhadap negara atau perusahaan yang bersangkutan.

Bacaan Lainnya

“Saya rasa dalam dua atau tiga minggu, kita akan tetapkan tarifnya,” ujar Trump, Rabu (23/4).

Sebelumnya, Trump menunda kebijakan tarif resiprokal besar-besaran selama 90 hari sejak 9 April, guna memberi waktu negosiasi kepada mitra dagang. Sekitar 90 hingga 100 negara disebut telah menyatakan minat untuk bernegosiasi.

Jika negosiasi gagal, tarif baru bisa mencapai 50 persen, kecuali China yang sudah dikenakan tarif sebesar 145 persen sejak masa pemerintahan Trump.

Namun, belum jelas apakah tarif baru ini akan bersifat permanen atau hanya sementara sambil menunggu hasil perundingan.

Sikap Trump yang kerap berubah soal tarif telah menciptakan ketidakpastian di pasar global. Hal ini memicu penurunan indeks saham, termasuk S&P 500 yang kehilangan nilai pasar sekitar US$7 triliun sejak pertengahan Februari.

Sejumlah lembaga internasional juga memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump bisa memperlambat ekonomi global dan mengganggu arus perdagangan dunia.

Sementara itu, hubungan dagang AS-China masih memanas. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut konflik dagang dengan China sebagai “tidak berkelanjutan” dan memperkirakan akan mereda dalam waktu dekat.

Meski begitu, tarif tinggi antara kedua negara tetap diberlakukan. Trump sendiri menyebut tarif terhadap China “sangat tinggi” dan hampir menghentikan perdagangan antar kedua negara.

Menurut Bessent, tujuan tarif bukanlah memutus hubungan dagang, tapi menyeimbangkan kembali perdagangan. Ia memperkirakan proses normalisasi dagang bisa memakan waktu hingga dua hingga tiga tahun.

Pernyataan Bessent disambut positif oleh pasar saham, meski perdagangan setelah jam bursa masih datar.

China menanggapi sikap AS dengan keras. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, mengatakan bahwa AS harus berhenti mengancam dan mulai berdialog secara setara.

“Pintu kami terbuka untuk negosiasi. Tapi tekanan ekstrem bukan cara yang tepat untuk berurusan dengan China,” tegasnya.

Trump sendiri tetap yakin bisa mencapai kesepakatan dengan Presiden China, Xi Jinping. Namun, ia memperingatkan bahwa tarif bisa diberlakukan sewaktu-waktu jika negosiasi tidak membuahkan hasil. (one)

Catatan Penting: Tulisan ini dilindungi oleh hak cipta. Dilarang keras mengambil, menyalin, atau menyebarluaskan isi tulisan tanpa persetujuan tertulis dari media atau penulis.

Pos terkait