CRYPTO – Pasar kripto kembali goyah setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif “resiprokal” terhadap 15 negara, termasuk Indonesia.
Harga Bitcoin (BTC) langsung merespons negatif, turun ke kisaran US$81.300 pada Jumat (4/4/2025), meski sempat pulih ke level US$82.700. Volume perdagangan juga anjlok 36% ke US$34 miliar.
Sejak mencetak rekor tertinggi di US$109.100 pada Januari lalu, BTC kini telah terkoreksi lebih dari 24%. Gejolak ini turut dipicu kekhawatiran akan resesi global dan potensi perang dagang, yang juga menyeret indeks Nasdaq turun 5%.
Meski begitu, analis tetap optimis. Ryan Rasmussen dari Bitwise menyebut target harga US$200.000 di akhir 2025 masih realistis, terutama setelah “kekacauan Liberation Day” mereda. Ia menilai penurunan saat ini lebih dipicu sentimen sesaat, bukan fundamental.
Dukungan tambahan datang dari kabar bahwa Gedung Putih mulai membentuk cadangan Bitcoin, serta meningkatnya investasi institusi dan negara di sektor kripto.
Arthur Hayes, eks BitMEX, mengingatkan BTC harus bertahan di atas US$76.500 hingga 15 April (batas waktu pajak AS) agar tetap bullish. Sementara Standard Chartered tetap yakin BTC bisa tembus US$200.000 seiring melemahnya dominasi dolar.
Tarif bisa saja bersifat sementara, dan jika situasi mereda, kripto berpotensi memimpin reli pasar berikutnya. (one)
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link