Mengenal Otot Sternokleidomastoid dan Fungsinya dalam Tubuh

Otot Sternokleidomastoid dan fungsinya dalam tubuh. Foto/Istimewa

Portalone.net, Health – Otot sternokleidomastoid adalah otot terbesar di bagian depan leher. Otot ini dapat dirasakan menggunakan jari-jari dengan meraba sisi kanan dan kiri leher.

Anda juga bisa merasakan denyut nadi pada pembuluh darah besar yang berdekatan dengan otot ini. Lantas, apa fungsi otot sternokleidomastoid? Apakah ada gangguan kesehatan yang bisa menyerang jenis otot ini?

Bacaan Lainnya

Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Otot sternokleidomastoid atau sternocleidomastoid (SCM) muscle adalah otot terbesar di bagian depan leher. Otot ini terdiri dari dua bagian otot, dimulai di bagian bawah leher dan berakhir di dasar tengkorak. Sebenarnya, istilah sternokleidomastoid sendiri berasal dari lokasi otot dan bagian-bagiannya.

Berikut uraian selengkapnya:

  • Sterno, yaitu otot yang berawal dari tulang dada (sternum) dan berjalan ke arah kedua sisi leher, lalu menyatu dengan bagian lain dari otot SCM lainnya yang berasal dari tulang selangka (klavikula) yang dikenal dengan bagian kleido.
  • Kleido, yaitu otot yang berawal dari tulang selangka (klavikula). Bagian SCM muscle ini dimulai di bagian tengah tulang selangka kiri dan kanan. Otot ini berjalan ke atas kedua sisi leher dan menyatu dengan otot yang berasal dari sternum.
  • Mastoid, yaitu bagian dari tulang yang disebut prosesus mastoideus. Otot yang berasal dari tulang dada dan tulang selangka akan melekat pada bagian ini yang terletak di dasar tengkorak di belakang telinga.

Fungsi Otot Sternokleidomastoid

Fungsi utama otot sternokleidomastoid adalah membantu menekuk leher serta menoleh dan memiringkan kepala. Otot ini akan aktif ketika Anda sedang:

  • Memalingkan kepala menghadap ke kiri atau kanan.
  • Memiringkan kepala ke bahu kanan atau kiri.
  • Mendongakkan kepala ke belakang, dengan posisi dagu ke atas.
  • Menundukkan kepala ke depan, dengan posisi dagu ke arah dada.

Selain itu, otot sternokleidomastoid juga berperan dalam:

  • Menjaga postur tubuh. Otot ini dapat membantu menstabilkan leher, bahkan saat tidak bergerak.
  • Bernapas. Otot ini bekerja sama dengan otot leher lainnya untuk mengangkat tulang dada dan tulang selangka saat menarik napas. Gerakan ini menciptakan ruang bagi paru-paru untuk menghirup udara.
  • Mengunyah. Otot ini juga menopang sendi yang menghubungkan rahang dengan tengkorak yang disebut sendi temporomandibular. Sendi ini memungkinkan tubuh untuk membuka dan menutup mulut.

Gangguan Kesehatan yang Dapat Menyerang Otot Sternokleidomastoid

Terdapat berbagai masalah kesehatan yang bisa menyerang SCM muscle. Seperti halnya jenis otot lain, otot ini juga bisa mengalami cedera, terkilir, tegang, atrofi (menyusut) dan tumor. Beberapa gangguan yang sering terjadi pada otot sternokleidomastoid adalah sebagai berikut:

  • Sindrom sternokleidomastoid: Kondisi yang terjadi akibat terbentuknya myofascial trigger points pada otot sternokleidomastoid. Aktifnya trigger points ini dapat menyebabkan rasa nyeri, baik di tempat yang ditekan maupun di area lain yang terhubung oleh saraf. Kondisi ini menyebabkan nyeri kepala yang terasa tajam dan tumpul, kekakuan leher, hingga memicu gejala mata berair, konjungtivitis, penglihatan kabur, dan gangguan keseimbangan.
  • Temporomandibular joint disorders (TMD): TMD terjadi ketika otot dan ligamen yang menopang sendi temporomandibular mengalami iritasi atau cedera. Gejala yang ditemukan biasanya adalah nyeri atau kesulitan membuka rahang.
  • Tortikolis: Jika otot sternokleidomastoid terlalu pendek dan menegang, hal ini bisa menyebabkan kepala secara alami berputar atau miring ke satu sisi. Tortikolis terbagi menjadi beberapa jenis, namun biasanya muncul sejak lahir.

Gejala yang Menyertai Nyeri Otot Sternokleidomastoid

Gangguan pada SCM muscle dapat menyebabkan rasa nyeri yang tumpul atau tajam. Beberapa orang juga merasakan nyeri alih (referred pain), yaitu nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang jauh dari sumber penyebabnya. Artinya, meski nyeri di dalam SCM muscle, rasa nyeri juga bisa muncul di tempat yang berbeda. Beberapa bagian tubuh yang bisa merasakan nyeri akibat gangguan otot sternokleidomastoid adalah:

  • Wajah.
  • Dahi.
  • Mata.
  • Pipi.
  • Telinga.
  • Sinus.
  • Tenggorokan (saat menelan).
  • Bahu.

Adapun gejala lain yang menyertai nyeri adalah sebagai berikut:

  • Sakit kepala.
  • Pusing.
  • Vertigo.
  • Mual.
  • Kelopak mata turun.
  • Mata merah.
  • Mata berair.
  • Penglihatan kabur.
  • Kekakuan leher, kesulitan memiringkan atau memutar kepala.

Pengobatan Nyeri pada Otot Sternokleidomastoid

Nyeri pada otot sternokleidomastoid dapat disebabkan oleh berbagai faktor, sehingga pengobatannya pun bisa berbeda-beda, tergantung dari penyebabnya. Namun, secara umum, beberapa saran perawatan untuk mengatasi nyeri otot sternokleidomastoid adalah sebagai berikut:

  • Kompres panas atau dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri.
  • Peregangan untuk memperkuat dan memanjangkan serat otot.
  • Pijat untuk merelaksasikan dan mengendurkan otot.
  • Perawatan manipulasi osteopatik.
  • Terapi fisik (fisioterapi).
  • Prosedur pembedahan bila perawatan konservatif tidak berhasil atau terjadi kerusakan struktural yang parah, seperti robekan besar atau tumor yang merusak jaringan.

Cara Menjaga Kesehatan Otot Sternokleidomastoid

  • Menjaga kesehatan otot sternokleidomastoid dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya sebagai berikut:
  • Berlatih menjaga postur tubuh yang baik.
  • Tidur menggunakan bantal yang dapat menopang otot leher.
  • Melakukan peregangan secara rutin.
  • Berhati hati saat berolahraga yang melibatkan otot leher, seperti mengangkat kepala perlahan saat olahraga sit-up.
  • Mengelola stres dan kecemasan dengan baik.

Baca Juga: Rekomendasi Makananan yang Baik Untuk Penderita Asam Urat

Itulah penjelasan mengenai fungsi otot sternokleidomastoid dalam tubuh dan beberapa hal yang perlu diketahui terkait otot ini, termasuk gangguan kesehatan yang bisa menyerangnya.

Namun, ingat bahwa informasi di atas hanya bersifat edukatif sehingga tidak bisa menjadi acuan medis untuk mendiagnosis masalah pada leher, Semoga Informasi ini bermanfaat! (one)

Catatan Penting: Tulisan ini dilindungi oleh hak cipta. Dilarang keras mengambil, menyalin, atau menyebarluaskan isi tulisan tanpa persetujuan tertulis dari media atau penulis.

Pos terkait